Sekitar tahun 2011, terbersit ide untuk memulai usaha yang bisa saya kerjakan tanpa mengganggu aktifitas saya sebagai ibu. Saat itu, saya sedang membuat peci rajut untuk suami. "Kenapa nggak menjual rajutan saja?" pikir saya.
Yang menjadi kendala saat itu, tentu saja modal. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang tak punya penghasilan pribadi (bahkan tabungan pribadi pun tak punya sepeser pun), tentu modal menjadi kendala terbesar saya.
Minta langsung sama suami? Ah, malu. Saat itu saya beberapa kali bercerita padanya tentang ide saya itu, namun belum juga mendapat respon positif. Ia pun sepertinya masih meragukan bakat saya dalam merajut. Akhirnya, saya berpikir untuk meminjam uang pada ayah saya.
Saya ceritakan ide saya untuk memulai usaha, dan alhamdulillah gayung bersambut. Papa tidak meminjamkan uang, tetapi langsung memberi modal yang nominalnya sangat-sangat cukup untuk sekedar membeli beberapa pack benang, hakpen dan manekin. (FYI, nominalnya lebih dari 1 gram emas).
Bismillah, saya mulai bisnis rajutan dengan bros dan syal. Sayangnya, bakat dan keterampilan saya tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang bisnis, terutama tentang cara menghitung harga.
Dulu, sekitar tahun 2012, untuk sebuah
syal berbahan katun sembur, saya menjualnya sekitar 25.000. Gila? Hahaha...
kalau dipikir-pikir, mungkin iya. Pantas saja banyak order, karena saat
itu saya belum tahu cara menentukan harga. Saya hanya berpatokan pada harga
benang (saat itu sekitar Rp.8.000). Saya kira harga 25.000 sudah banyak
untungnya, lumayan bisa digunakan untuk membeli benang lagi. Ah.... betapa bodohnya.
Saya belajar
seiring waktu. Saat ke mall,
saya melihat barang-barang handmade dijual dengan harga tinggi. Saya sempat
membatin, ”Emang ada orang yang mau beli?”
Ternyata banyak
yang membeli. Apa lagi kalau bukan karena kualitasnya yang bagus dan model
barang-barang tersebut yang unik? Dari situ saya belajar, bahwa untuk membuat
produk yang berkualitas, bahannya pun harus pilihan. Harga pun akan menyesuaikan.
Lalu, saya pikir, seharusnya juga ada “biaya ekstra” selain menghitung harga benang dan material lainnya. Harus ada harga ketelitian, skill, dan waktu. Itulah yang tidak saya dapati dari hasil karya saya. Tidak ada biaya untuk biaya pengerjaan dan lainnya. Saya hanya berorientasi pada modal. Sekali lagi, betapa bodohnya.
Perlahan, mindset saya terbuka. Bi idznillah.
”I don’t sell yarns. I am selling my creativity. Everyone can buy yarns, but not every of them can change it into a beautiful thing.”Saya tak menjual benang. Saya menjual kreatifitas dan bakat saya. Semua orang bisa membeli benang, namun tak semua bisa mengubahnya menjadi benda-benda cantik. Butuh waktu, tenaga, dan keterampilan untuk membuat sebuah karya.
Saya sempat vakum selama beberapa lama, karena merasa jerih-payah saya dalam merajut tidak terbayar dengan layak. Dalam beberapa bulan tersebut, saya mulai memikirkan bagaimana arah usaha yang saya rintis ini untuk kedepannya.
Mau tetap seperti itu? Atau ingin lebih maju?
Saya sampai pada kesimpulan, bahwa dalam ranah handmade ini saya akan bersaing dengan ribuan perajut lain. Apa yang kira-kira bisa membuat Customers saya suka dengan produk-produk saya? Desain, kualitas, atau... apa lagi?
Sejak saat itu, saya mulai meng-upgrade kualitas produk. Pakai benang yang berkualitas (atau setidaknya standard), dan mulai membuat desain-desain yang unik.
Di tahun 2014, saya mulai merintis usaha saya di Etsy. Lagi-lagi, ini karena kemudahan yang Allah berikan. Disana, saya bersaing dengan para pengrajin dari seluruh dunia. Kualitas produk wajib yang terbaik.
Oya, daripada semakin panjang, langsung saja kita bahas tentang formulasi harga. Di Etsy, jika kita hendak memasukkan harga produk, akan keluar catatan kecil:
Materials + Labor + Expenses + Profit = Item Price
Penjelasan terperinci tentang rumusan harga ini saya bahas di sebuah video, agar lebih mudah dipahami:
Secara ringkas, rumus penghitungan harga adalah:
Harga Modal = bahan + ongkos pengerjaan + biaya lain-lain (pemeliharaan, snacking, ads, listrik, dll)
Harga Jual = Harga modal + Profit (%)
Masih bingung tentang rumus di atas? Insyaallah penjelasan di video lebih mudah dimengerti. Yuk, belajar menghitung harga untuk hasil karyamu! Jika bukan kita yang menentukan harga yang layak untuk karya kita, bagaimana mungkin kita berharap orang lain akan menghargainya?
Salam kreatif, semoga artikel ini bermanfaat untuk Teman-teman yang masih bingung cara menentukan harga rajutan atau produk handmade lainnya.
Barakallahu fiikum,
Novelia Ummu Nayfah.
Comments
Tinggal d kota mn mbak?
Sy di Tangerang. Silakan mampir ke page sy: www.facebook.com/LaLehCrochet.
Salam rajut ^_^
Untuk menjual, bisa lewat media sosial (facebook, twitter, instagram, dll) dan fjb (Forum jual beli, seperti Kaskus, Tokpedia, OLX, dll).
Cara supaya PD, kita harus yakin dg hasil keterampilan kita, Bu. Tidak semua orang bisa mengubah benang menjadi sesuatu yang indah. Hanya tangan-tangan terampil yang bisa melakukannya :)
Semangaaattt...!!! ^_^
Terimakasih ya mbak😊
semua pekerjaan merajutnya dikerjakan sendiri atau ada pegawainya?
kl misalnya ada, perhitungannya jadi bagaimana?
terimakasih mba
wassalamualaikum
Untuk menjaga kualitas, semua sy kerjakan sendiri, mbak. Kalau misalnya memakai asisten, sebaiknya tentukan di awal ttg upahnya... apakah dg sistem prosentase atau gaji fix. Jika gaji fix, masukkan hitungan nya ke expenses.
Kalau sistem prosentase (asisten dpt sekian persen dari profit), maka nanti yg di-mark up adalah harga retail nya.
Semoga bermanfaat ;)
Salam,
Ummu Nayfah.
ohya mbak...kira2 mekanismenya gimana cara produk kita bisa diliat sama masyarakat internasional..apakha ada link2 khusus yg mbak tau?
terimaksih. salam
rahmat
ohya mbak...kira2 mekanismenya gimana cara produk kita bisa diliat sama masyarakat internasional..apakha ada link2 khusus yg mbak tau?
terimaksih. salam
rahmat
Ada aplikasinya juga.
Ketika mbak mulai bisnis merajut ini, Untuk 1 hari kira-kira berapa rajutan yg mbak selesaikan?
Apakah ada target berapa rajutan yg harus diselesaikan dalam 1 hari?
Terimakasih mbak
Wassalamualaikum
Untuk saat ini sy tidak menentukan harus berapa project per hari, mba. Krn sibuk dengan anak-anak dan perkerjaan rumah tangga. Kalau dulu saat masih concern di bisnis rajutan sebagai produsen, sy target sehari 1 lusin aplikasi bros (belum finishing). Jadi nanti kalau ada yg pesan baru dijahit atau dipasang penitinya.
Kalau sekarang sy fokus mendesain pola, untuk dijual di Etsy. Lebih santai dan praktis, yg mau membeli bisa langsung download lewat Etsy. Sy tinggal nerima pembayarannya :D
Kalaupun membuat rajutan, sy utamakan utk dijual ke luar negeri. Lebih layak harganya..
Mampir ke toko sy mba:
LaLehCrochet.Etsy.com
Senang sekali, akhirnya dapat pencerahan 😅